Artikel sebelumnya: Menilik Sejarah Perang Dunia I, Runtuhnya Kekuatan Jerman

KORANNTB.com – Kekalahan pada perang dunia I membuat Jerman betul-betul terhina. Bagaimana tidak, negara super power atau yang terkuat di Eropa kala itu, harus menelan kenyataan pahit dengan kekalahan dan Perjanjian Versailles yang merugikan mereka.

Jerman harus kehilangan armada militer dan armada dagang. Paling ironis, tentara mereka hanya dibatasi 100.000. Jerman juga dituntut melucuti senjata di Rhineland sepanjang perbatasan dengan Prancis. Jerman juga harus menyerahkan tambang batu bara di daerah Saar kepada Prancis.

Jerman menyerahkan negara-negara koloni dan juga membayar kerugian perang. Penderitaan tersebut membuat Jerman marah. Padahal wilayah mereka tidak pernah diduduki musuh. Pasukan mereka tetap utuh. Jerman belum sepenuhnya kalah.

Kaum nasionalis estrem di Jerman membuat propaganda bahwa Jerman “ditusuk dari belakang” oleh kaum sosialis dan Yahudi.

Masyarakat Jerman terus menuntut agar Perjanjian Versailles dibatalkan. Propaganda anti-Semitisme (anti Yahudi) dan anti-komunisme berkobar.

Perebutan kursi di Jerman antara komunis dan Nazi membuktikan rakyat Jerman lebih memilih Nazi. Berkali-kali Nazi unggul dalam pemilihan. Komunis hanya berada pada nomor 2. Dari sana awal naiknya seorang tokoh legendaris diktator, Adolf Hitler.

Naiknya Hitler membuat Jerman kembali memprogram ulang persenjataan mereka dengan menelan anggaran yang besar dan menciptakan lapangan kerja yang besar pula. Depresi Jerman kemudian berubah menjadi sebuah harapan di tangan Hitler.

Nazi berusaha memaksimalkan ekspor dan meminimalisir impor. Produk nasional bruto Jerman pada 1939 naik lebih dari 50 persen di atas angka pada tahun 1929. Hitler membangun mesin militer yang kuat.

Berbeda dengan Jerman, Inggris lebih fokus mengatasi depresi ekonomi dengan mengurus urusan dalam negeri dan memotong anggaran militer yang membuat negara tersebut tidak siap berperang. Mereka lebih cenderung menjadi pelopor damai hingga urusan internal diselesaikan.

Inggris berupa mengeluarkan kebijakan konsiliasi (penyelesaian konflik) dengan Jerman untuk menghindari perang. Ketidaksiapan militer menjadi faktor utama.

Setelah resmi menjadi Kanselir Jerman, Hitler menghancurkan Perjanjian Versailles. Jerman keluar dari Liga Bangsa-Bangsa dan mulai mempersenjatai diri. Satu persatu perjanjian yang merugikan Jerman dibatalkan oleh Jerman.

Jerman dan Inggris juga membuat perjanjian berisi angkatan laut Jerman hanya boleh sepertiga dari Inggris. Ini tentu pelanggaran atas Perjanjian Versailles yang memperbolehkan Jerman memiliki militer dengan jumlah terbatas.

Hitler juga kembali membangun hubungan aliansi dengan Italia yang saat itu Italia sudah terasing dari Inggris dan Prancis. Kemudian Jerman membangun aliansi dengan Jepang.

Pada 1936 terjadi perang saudara di Spanyol antara Republik Spanyol dan pendukung fasis Jenderal Francisco Franco. Hitler melakukan intervensi memperluas pengaruh Nazi dengan mendukung Franco, dibantu dengan Italia. Itu memastikan kemenangan Franco pada 1939. Inggris, Prancis dan AS tidak ingin terlibat.

Hitler juga mengintervensi Austria dengan menyetujui masuknya Nazi Austria dalam pemerintahan dan mengizinkan Jerman mengendalikan kebijakan luar negeri Austria.

Kanselir Austria, Kurt von Schuschnigg memoratorium perjanjian tersebut, yang membuat Hitler murka. Schuschnigg kemudian dipaksa mundur.

Hitler juga menyerang Cekoslowakia dengan dalih negara tersebut menganiaya etnis Jerman di daerah perbatasan berbenteng Sudetenland. Hitler memaksa menyerahkan daerah itu ke Jerman. Lagi-lagi Inggris, Prancis tidak berani terlibat ikut campur.

Perjanjian Munich pada 1938 membawa keuntungan bagi Hitler, karena perjanjian meyakini Inggris dan Prancis tidak ikut campur saat Jerman menduduki seluruh Cekoslowakia yang dilakukan pada Maret 1939.

Jerman juga turut menaklukkan Polandia. Padahal negara tersebut ada jaminan dari Inggris dan Prancis. Diktator Soviet, Josef Stalin menuding Inggris dan Prancis tidak serius dalam membentuk aliansi melawan Hitler. Akibatnya pada 23 Agustus 1939 Stalin menandatangani perjanjian non-agresi dengan Hitler dan membebaskan Hitler menginvasi Polandia seminggu kemudian dan mereka berbagi wilayah tersebut. Invasi Jerman ke Polandia pada 1 September menandakan perang dunia ke II dimulai.

Dari sini dapat dilihat poros kekuatan Jerman dibantu sekutu kuat seperti Jepang dan Italia.

Balas Dendam

Jerman betul-betul mengincar Prancis yang menjadi musuh bebuyutan sejak PD 1. Dendam kusumat tersebut direalisasikan dalam bentuk serangan ke Paris oleh Hitler.

Pada 10 Mei 1940 invasi Jerman ke Prancis begitu ambisius. Hitler mengeluarkan armada yang besar untuk menduduki Paris.

Jerman memiliki taktik perang yang unik. Awalnya Jerman menyerang Belanda dan Belgia. Meskipun Belanda sengaja menciptakan banjir untuk mengahalau tentara Jerman, namun pasukan terjun payung Jerman mampu merobek barisan Belanda. Ditambah lagi luncuran bom-bom dari pesawat.

Berselang Belanda runtuh akibat ganasnya Jerman, dua minggu kemudian Belgia ikut runtuh.

Tentara Jerman sengaja menarik perhatian dengan menyerang Belanda dan Belgia dengan membentuk dua group militer. Prancis menduga Army Group B Jerman adalah tulang punggung ofensif Jerman. Sehingga Prancis – Inggris menyerbu utara Belgia melawan group B Jerman. Padahal tulang punggung tentara Jerman ada di group A. Seketika group A memecah belah Inggris Prancis, yang membuat kekalahan telak.

5 Juni Kota Dunkrik Prancis jatuh oleh serangan Jerman. Pasukan Prancis, Inggris dan sekutu yang terjebak nyaris tewas di kota itu. Saat tinggal selangkah lagi menyerbu kota itu, tiba-tiba Hitler memerintahkan untuk berhenti. Sehingga pasukan musuh dapat dievakuasi.

10 Juni pemerintah Prancis meninggalkan Paris. Empat hari kemudian Paris jatuh tanpa perlawanan ke Jerman.

Hitler membuat Prancis menyerah. Uniknya, Hitler memaksa Prancis menyerah di gerbong kereta Compiegne, lokasi di mana Jerman menyerah saat perang dunia I.

Holocaust

Seperti sebelumnya dijelaskan, masa depresi Jerman ditandai dengan munculnya propaganda anti-Semitisme. Yahudi dianggap dalang yang menusuk Jerman diam-diam.

Nazi Jerman melakukan penganiayaan terhadap orang Yahudi. Hingga semakin radikal antara tahun 1933 hingga 1945. Pembantaian massal 6 juta orang Yahudi menjadi puncak kebencian Jerman terhadap Yahudi.

Jerman merancang khusus pusat pembantaian. Jerman dan sekutu membantai hampir dua dari tiga orang Yahudi di Eropa. Penganiayaan, penembakan massal, pembunuhan dengan gas dan masih banyak penyiksaan lainnya.

Jepang yang Bandel

Jepang terus menerus menekan dan menginvasi China. Namun di satu sisi, dalam negeri Jepang sendiri terjadi protes. Teror dan pembunuhan terhadap pejabat sering terjadi.

Tentara Jepang ditembaki pada 7 Juli 1937 saat dalam perjalanan menuju Beijing. Jepang melakukan serangkaian serangan brutal dan kejam. Yang paling terkenal adalah “Pemerkosaan Nanking” pada Desember 1937.

Meskipun belum berhasil mengalahkan China, namun Amerika Serikat khawatir dengan imperialisme Jepang di Asia. Amerika kemudian mengirim pasukan ke China membantu melawan Jepang.

Melihat ancaman Jepang, AS melakukan embargo besi tua kualitas tinggi dan bahan bakar pesawat ke Jepang. Pada saat yang sama AS juga sepakat memberi 50 kapal penghancur ke Inggris untuk melindungi Inggris dari kapal selam Jerman.

Negosiasi Jepang dan AS tentang perang China berlanjut sepanjang tahun 1941. Khawatir Jepang akan menyerang Indonesia karena saat itu Indonesia dalam koloni Belanda, dalam upaya Jepang merebut bahan mentah penting, AS lagi-lagi mengembargo ekspor minyak ke Jepang.

Jepang sangat dilematis. Antara pilihan mengakhiri perang dengan China atau deklarasi perang dengan Amerika Serikat. Pada Minggu 7 Desember 1941 mendadak Jepang menyerang Armada Amerika di Pearl Harbor. 18 kapal Amerika tenggelam dan 2403 orang Amerika tewas dal serangan tersebut. Sisanya 1178 orang cidera.

Hari berikutnya, Amerika menyatakan perang dengan Jepang. Disusul tiga hari kemudian Jerman dan Italia menyatakan perang kepada Amerika. Ini menjadi perang global dan perang dunia II.

Blok sekutu terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Uni Soviet, Tiongkok, melawan blok poros terdiri dari Jerman, Italia dan Jepang.

Jepang yang membangkitkan ‘macam tidur’ menerima konsekuensi yang mengerikan sepanjang sejarah. Dua nuklir dijatuhkan ke dua kota penting Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki pada 1945. Jepang pun mengeluarkan bendera putih.

Pasukan blok poros terus dipaksa mundur. Setelah kekalahan Jepang, Jerman pun dipaksa bertahan dalam serangan tentara merah Uni Soviet di
Pertempuran Stalingrad. Pertempuran paling brutal yang menewaskan hampir 2 juta korban jiwa.

Pasukan sekutu juga membebaskan Paris dari penguasaan Jerman pada 25 Agustus 1944.

Uni Soviet terus menekan dari sisi berbeda, sementara pasukan barat juga menekankan di sisi yang berlawanan. Jerman betul-betul kewalahan menghadapi serangan brutal tersebut.

Kota-kota di Jerman terus dibom musuh yang menewaskan banyak warga sipil. Jerman akhirnya menyerah untuk kedua kali. Hitler dikabarkan melakukan bunuh diri saat Jerman kalah. (red)

Bersambung: Perang Dingin