KORANNTB.com – Joseph Stalin merupakan kepala negara Uni Soviet sejak 1929-1953. Stalin lahir di Kota Gori, Georgia dengan nama asli Ioseb Dzhugashvili. Dia memutuskan nama Stalin berasal dari kata Stal dalam bahasa Rusia artinya baja.

Dia merupakan pengikut setia Lenin yang saat itu memimpin pemberontakan Bolshevik. Stalin bahkan sering dipenjara hingga berkali-kali dikirim atau diasingkan ke Siberia. Namun kepiawaiannya membuat dia berhasil kabur dan kembali bergabung dengan Bolshevik.

Stalin menarik bagi Lenin, karena Stalin dianggap selalu mampu menyelesaikan sesuatu. Tugas penting selalu dituntaskan.

Saat Bolshevik mengambil kekuasaan pada 1917 Lenin menugaskan Stalin di kementerian utama pemerintah.

Karier Stalin kian mentereng pada 1922. Dia ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis. Namun kadang kebijakan yang dikeluarkan terlalu kasar dan intoleran. Lenin mengkritisinya.

Saat Lenin sakit dan menjelang kematian, dia sempat mengkritik Stalin yang disebut terlalu kasar dan intoleran. Jika dibiarkan akan memecah partai. Tapi pada 1924 Lenin meninggal dunia.

Stalin pun berkuasa menggantikan Lenin. Meskipun ada ketegangan menjelang kematian Lenin, Stalin selalu memuji sikap Lenin. Itu karena banyaknya pengikut Lenin di Uni Soviet.

Pasca kemenangan Uni Soviet dan sekutunya Amerika Serikat, Inggris, Prancis melawan Jerman, Stalin terlibat perang dingin dengan Amerika Serikat, umumnya barat. Ideologi komunis menjadi penyebab hubungan dengan barat renggang.

Era perang dingin, Stalin memperkuat kedaulatan Soviet dengan kebijakan-kebijakan tiran. Stalin mengendalikan sumber informasi dan melarang memuat informasi tentang opini individu, kenaikan harga, kelaparan jangan dibahas, statistik kriminal atau pengangguran, laporan bencana alam dan berita negatif lainnya.

Lebih ironis, perpustakaan dihancurkan dan membatasi buku yang dianggap ofensif oleh negara.

Holodomor Ukraina

Apa yang paling menyakitkan dari bencana kemanusiaan, yaitu membiarkan orang kelaparan dan sekarat, lalu mati dengan sendirinya.

Teknik itu dipakai pemimpin Uni Soviet, Josef Stalin dalam menghabisi warga Ukraina 1932-1933. Peristiwa Holodomor atau membunuh dan membiarkan orang kelaparan diinsiasi Stalin. Itu karena petani-petani Ukraina menolak kebijakan pertanian massal dan kolektivisasi paksa Uni Soviet.

Para petani dipaksa untuk bergabung dengan pertanian massal Uni Soviet. Mereka harus menyerahkan lahan pribadi, peralatan tani hingga ternak. Jika mereka tidak bergabung, hanya menghitung waktu kematian. Mereka akan mati kelaparan atau mengambil makanan mereka sendiri lalu dieksekusi mati para tentara.

Holodomor sama kejamnya dengan Holocaust. Korban tewas Holodomor 3 sampai 8 juta orang. Meskipun beberapa data menyimpulkan berbeda.

Penyebab peristiwa berdarah tersebut karena petani-petani Ukraina tidak menerima kebijakan pertanian massal Stalin. Orang-orang Ukraina dianggap sebagai pemberontak yang akan melawan Uni Soviet. Padahal Ukraina bagian dari Soviet.

Media baik nasional maupun luar negeri dilarang untuk meliput ke Ukraina. Jurnalis diawasi agar tidak memberitakan apa yang terjadi dengan Ukraina.

Stalin dan Wartawan

Pria paruh baya yang berjalan menggunakan tongkat adalah Walter Duranty. Dia cukup berpengaruh di kalangan jurnalis, karena saat itu menjabat Kepala Biro New York Times di Moskow.

Meskipun tulisannya sangat tajam, namun kelemahan Duranty adalah sering menggoda perempuan. Pria ini dicap sebagai laki-laki hidung belang. Bahkan, sering menggoda bawahan perempuan di kantor. Rumor itu menyebar hingga ke Kremlin (pusat pemerintah Rusia/Uni Soviet)

Stalin melihat Walter Duranty sebagai potensi. Dia kemudian memanggil Duranty untuk undangan wawancara ekslusif. Tentu saja itu menjadi kebanggaan setiap jurnalis. Apalagi sosok yang mengundang dirinya adalah Stalin.

Stalin dan Duranty makan bersama dan mulai berkomunikasi soal kerjasama. Tujuannya tentu agar dunia tidak menganggap Stalin melakukan kejahatan di Ukraina.

Duranty diajak ke Ukraina. Dia diberikan tiket emas yang tidak ada satupun wartawan internasional bisa menginjak kaki di sana.

Tentu saja Duranty diajak berkeliling di lokasi yang masih aman di Ukraina. Tidak ada kelaparan yang terlihat seperti yang dunia luar bayangkan. Duranty menemukan petani dengan bahagia sedang bertani tanpa rasa sakit dan derita.

Namun, saat Duranty mencoba masuk ke wilayah-wilayah lain di Ukraina hingga ke pelosok desa, dari sana potret kelaparan sesungguhnya dilihat. Orang-orang sekarat di pinggir jalan tanpa ada yang menolong. Kelaparan massal di mana-mana. Orang-orang mati di mana-mana.

Namun, apakah Duranty memberitakan itu kepada dunia? Tentu saja tidak. Relasi bisnis dengan Stalin membuat dia tutup mata. Bencana kelaparan di Ukraina diframing sedemikian halus, sehingga dunia tidak berpikir seperti rumor yang dibayangkan.

Duranty terus membuat artikel bahwa rumor kelaparan itu berlebihan. Hebatnya berita palsu itu meraih penghargaan Pulitzer. Tentu saja memperbaiki citra Stalin di seluruh dunia.

Membunuh “Tuhan”

Pemikiran Stalin hampir serupa dengan pemikiran pendiri Komunis, Karl Marx. Sama-sama mengganggap agama sebagai candu yang membuat manusia tunduk dan patuh meskipun ditindas.

Stalin ingin melihat agama dihancurkan. Bukan saja doktrin religius menjadi candu bagi massa, mereka menentang gereja karena di sana ada emas, permata dan karya seni berharga. Kekayaan itu berguna untuk membangun negara Soviet.

Sebagai ganti agama, Soviet mengeluarkan dogma Marxisme-Leninisme. Soviet membuat hari libur sendiri. Hari libur jatuh saat May Day 1 Mei dan 7 November hari Bolshevik berkuasa. Tidak ada libur pada perayaan natal.

Sebagai ganti Yesus, Stalin membawa martir baru Pavlik Morozov (13 tahun). Murid teladan sekaligus komunis muda yang saat kelaparan melihat ayahnya menimbun gandum dan menjual demi keuntungan. Dia melaporkan ayahnya ke polisi rahasia lokal. Dia kemudian dibunuh oleh keluarganya sendiri karena dicap sebagai penghianat keluarga. Stalin menyebut Pavlik sebagai pahlawan rakyat. Keluarga yang membunuhnya dieksekusi mati.

NAMUN itu hanyalah karangan Soviet yang palsu sebagai upaya propaganda. Bukan kisah sebenarnya dari cerita itu.

The Great Terror (1936-1938)

Ini adalah teror terburuk masyarakat Soviet di masa kepemimpinan Stalin. Untuk mengendalikannya rakyat, Stalin membuat propaganda dengan mengumumkan ada konspirasi anti-soviet di tengah masyarakat.

Imbasnya, rakyat saling curiga. Orang melaporkan tetangga mereka, anak melaporkan orang tua mereka. Itu semua berakhir dengan pembantaian di mana-mana. Dilaporkan, peristiwa tersebut menyebabkan 750.000 orang terbunuh.

Stalin memiliki prinsip tiran dari peristiwa tersebut. “Jika kau membunuh 100 orang, dan lima di antaranya adalah musuh. Itu bukan rasio yang buruk.” (red)

Foto: Kelaparan di Ukraina (Wikipedia)