KORANNTB.com – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Mataram (Unram) kembali berinovasi. Kali ini Kelompok KKN Terpadu Unram berhasil mengolah limbah biji dan kulit rambutan menjadi emping dan teh yang bernilai ekonomi bagi warga.

Sekelompok mahasiswa yang tengah KKN di Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat ini memanfaatkan desa yang dikenal dengan desa buah tersebut, untuk memberikan pelatihan terhadap warga setempat menjadikan sisa biji dan kulit rambutan menjadi bernilai ekonomi yang mampu dipasarkan oleh warga.

Ketua KKN Terpadu Unram, Doni, mengatakan ide pengelolaan limbah biji dan kulit rambutan ini berawal terlintas setelah melihat banyaknya pohon rambutan di Karang Bayan.

“Saat pelaksanaan KKN ini, bertepatan pula dengan musim rambutan tiba. Banyak limbah kulit dan biji rambutan berserakan di mana-mana. Padahal biji dan kulit rambutan memiliki manfaat yang luar biasa,” katanya, Minggu, 22 Januari 2023.

Doni menjelaskan, manfaat biji rambutan adalah mencegah hipertensi, menurunkan kadar kolesterol, dan lainnya. Sementara kulit rambutan bermanfaat untuk mengobati diare, disentri, demam, menurunkan kolesterol.

“Sayangnya masyarakat masih belum mengetahui hal tersebut,” ujarnya.

Mahasiswa KKN Terpadu Unram Desa Karang Bayan melatih warga mengolah limbah rambutan menjadi bernilai ekonomis/ist.

Proses Pembuatan

Untuk menjadikan biji rambutan menjadi emping tidak terlalu sulit. Mula-mula biji rambutan dibersihkan dan direndam selama satu hari dalam air garam.

Setelah direndam, biji rambutan ditiriskan, dan disangrai. Biji rambutan yang telah disangrai digeprek atau dipipihkan.

Tahapan selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari. Biji rambutan yang sudah kering digoreng dengan api kecil kemudian diberi aneka rasa seperti karamel, sapi panggang, pedas manis, dan balado.

Sekretaris KKN Terpadu Unram Desa Karang Bayan, Vina, juga menjelaskan untuk membuat teh kulit rambutan atau yang disebut Chalitan, mula-mula dengan membersihkan kulit rambutan.

“Kulit rambutan dibersihkan dengan memangkas bulu-bulu dan bagian putih dalamnya. Selanjutnya kulit rambutan dipotong kecil-kecil dan dibersihkan dengan air mengalir,” ujar Vina.

Usai dibersihkan, potongan kulit rambutan tersebut direndam selama 24 jam dan dijemur hingga kering. Kulit rambutan yang sudah kering direbus selama 2-3 menit dalam air mendidih dan jadilah teh rambutan.

Menikmati Chalitan ini bisa secara original atau ditambah gula aren, gula putih, maupun madu. Konsumsi Chalitan ini pun disarankan tidak boleh berlebihan untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.

Proses pembuatan Chalitan dan Emping Tolang Buluan disosialisasikan kepada masyarakat dan akan dilakukan pendampingan dalam produksi sehingga produk Chalitan dan Emping Tolang Buluan menjadi produk kreatif masyarakat Karang Bayan.

“Hal yang dianggap tidak berguna dan bermanfaat ternyata bisa menjadi produk yang bernilai jual dan memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan,” ujarnya. (red)