Perubahan Iklim Berdampak bagi Pendidikan Anak Perempuan di Asia Pasifik
Beberapa temuan utama dari laporan ini mencakup:
- Sebanyak 98% responden mengatakan bahwa mereka sangat prihatin atau cukup prihatin dengan dampak perubahan iklim terhadap kehidupan sekolah mereka serta kehidupan mereka di masa depan.
- 39% memiliki kekhawatiran akan akses menuju pasar kerja yang mereka inginkan di masa depan karena dampak perubahan iklim terhadap pendidikan mereka.
- Lebih dari 30% telah mengalami secara langsung kondisi di mana sekolah mereka ditutup, rusak atau hancur karena bencana terkait perubahan iklim.
- Hampir 50% merasa tidak aman di sekolah atau dalam perjalanan ke dan dari sekolah karena bencana terkait perubahan iklim.
- 62% responden pernah mengalami gangguan dalam perjalanan ke dan dari sekolah akibat perubahan iklim. (43% responden dari Australia; 80% responden dari Nepal; 57% responden dari Indonesia).
- Lebih dari 50% responden Indonesia khawatir akan penurunan prestasi akademik mereka akibat bencana terkait iklim yang mengganggu pendidikan mereka.
- Jika tren saat ini terus berlanjut, dalam waktu 7 tahun, 71,9% anak muda di Indonesia tidak akan memiliki keterampilan tingkat pendidikan menengah yang dibutuhkan untuk berkembang dan menggapai tujuan mereka.
- Sekitar sepertiga dari populasi nasional tinggal di daerah rawan banjir di Indonesia pada tahun 2021, sekitar 100.000 anak terganggu pendidikannya akibat banjir bandang dan tanah longsor.
- Kelangkaan air adalah masalah utama bagi anak-anak perempuan di wilayah timur Indonesia dan hal ini berdampak pada pendidikan mereka. Lokasi Indonesia yang berada di ‘Ring of Fire’ menjadikannya salah satu negara paling rawan bencana di dunia. Kerusakan lingkungan dan krisis iklim memperparah bahaya alam ini. Sebanyak 35.300 sekolah di Indonesia telah terkena dampak bencana dari tahun 2005 hingga 2019.
- Di Indonesia, Siklon Tropis Seroja berdampak bagi lebih dari 500 ribu orang pada tahun 2021, dan menimbulkan bencana di provinsi Nusa Tenggara Timur, menyebabkan lebih dari 8.000 orang menjadi pengungsi. Selain merusak infrastruktur masyarakat yang lebih luas, badai ini juga merusak sekolah-sekolah, yang menyebabkan penutupan sekolah.