Bersosmed Jadi Stres: Bagaimana Kecemasan Iklim Menghantam Kaum Muda
Bias-bias ini diperbesar dalam lanskap digital di mana algoritme media sosial yang bias sering kali menciptakan ruang gema dan gelembung filter. Algoritma tersebut akan memperkuat sudut pandang yang ada.
Raksasa media sosial seperti Facebook dan X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter) menggunakan algoritme yang menyesuaikan konten pengguna berdasarkan sponsor online, promosi, dan reaksi emosional yang diprediksi, terlepas dari apakah reaksi tersebut berupa kegembiraan, simpati, atau kemarahan.
Paparan informasi yang tidak seimbang dan bias mengenai perubahan iklim dapat memperdalam efek kecemasan lingkungan dan kesehatan mental secara umum pada kaum muda, terutama mereka yang sudah memiliki kondisi yang sudah ada sebelumnya.
Hal ini sangat penting bagi negara berkembang seperti Indonesia – negara dengan populasi terpadat keempat di dunia – yang memiliki populasi anak muda yang besar dan merupakan negara yang sedang bergulat dengan risiko iklim yang besar.
Indonesia adalah rumah bagi kelompok pengguna Facebook terbesar keempat di dunia dan kelompok pengguna X (yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter) terbesar kelima di dunia.
Meskipun diperlukan lebih banyak bukti tentang peran media sosial terhadap kecemasan lingkungan, pemerintah juga dapat lebih fokus untuk melindungi populasi anak muda yang sedang tumbuh dan rentan dari sisi gelap media sosial dalam konteks krisis iklim.
Hal ini akan memungkinkan kaum muda untuk secara aktif terlibat dalam aksi iklim sambil mengurangi risiko kecemasan lingkungan yang didorong oleh media sosial.
Membangun pendidikan literasi media di sekolah-sekolah dan jaringan anak muda untuk meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim juga merupakan bagian dari solusi.
Sekolah dapat secara aktif terlibat dalam inisiatif iklim yang dipimpin oleh kaum muda. Ada juga platform yang digerakkan oleh anak muda yang memungkinkan mereka untuk terlibat secara positif dalam aksi iklim.
Menyertakan suara dan pengalaman anak muda sangat penting dalam memahami dampak media sosial dan kecemasan lingkungan terhadap kesehatan mental mereka dan membantu pemerintah mengembangkan program yang efektif.