KORANNTB.com – Pilkada 2024 akan dilaksanakan secara serentak bagi seluruh Provinsi dan Kabupaten/ kota di Indonesia. Pelaksanaan Pilkada Serentak 2024 ini adalah yang kelima kalinya, sekaligus yang pertama kali melibatkan seluruh provinsi, kabupaten/kota di Indonesia.

Lembaga Riset dan Survei Semar Political Institute (SPIN) mendapat tugas untuk melakukan survei di Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Direktur Eksekutif Semar Political Institute (SPIN), Mawardin mengatakan pada pemilu legislatif 14 Februari 2024, di Kabupaten Lombok Utara memiliki 30 kursi DPRD, dengan rincian PKB dengan 6 Kursi dan Gerindra 5 Kursi. Lalu PDIP, Golkar, PBB, dan Demokrat masing-masing 3 Kursi. Kemudian PKS 2 kursi, PPP 2 kursi, serta PAN, Nasdem, Perindo masing-masing 1 kursi.

“Survei ini akan memotret dinamika politik yang terjadi di Kabupaten Lombok Utara  Menjelang Pilkada Serentak 27 November 2024. Siapa pasangan calon yang memiliki elektabilitas tertinggi? Bagaimana dinamika electoral terkini di Kabupaten Lombok Utara? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, SPIN melakukan survei pada tanggal 15 – 20 November 2024 di Kabupaten Lombok Utara, NTB,” ujarnya.

Dia menjelaskan lembaga riset dan survei nasional Semar Political Institute (SPIN) menyajikan hasil survei mengenai preferensi politik masyarakat Kabupaten Lombok Utara menyambut Pilkada Serentak, 27 November 2024. Rilis survei terutama mengupas perkembangan mutakhir tingkat elektabilitas tiga pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Lombok Utara.

“Hasil survei yang dilengkapi juga dengan analisis kualitatif ini dapat menjadi referensi bagi segenap pemangku kepentingan dalam memahami suara publik,” ujarnya.

Survei SPIN dilaksanakan pada periode 15 – 20 November 2024 dengan jumlah sampel 515 responden melalui wawancara tatap muka.

Responden merupakan warga yang punya hak pilih, dan tersebar secara proporsional di 5 Kecamatan di Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Survei ini berpedoman pada kuisioner terstruktur dengan toleransi kesalahan (margin of error) sekitar 4,4 persen dan tingkat kepercayaan (confidence level) sekitar 95 persen.

Dalam survei ini, SPIN mendapatkan beberapa temuan menarik, yaitu:
Untuk tingkat elektabilitas pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Lombok Utara 2024, paslon Lalu Muchsin Effendi dan Junaidi Arif menempati urutan pertama sebesar 39,3 persen, kemudian disusul Najmul Akhyar dan Kusmalahadi Syamsuri sebesar 30,1 persen, selanjutnya urutan terakhir Danny Karter Febrianto dan M. Zaki Abdillah sebesar 26,6 persen.

“Sedangkan responden yang menjawab tidak tahu atau tidak jawab (TT/TJ) sebesar 4,0 persen,” ujarnya.

Dalam analisis SPIN, peluang besar keterpilihan Muchsin-Junaidi yang bertengger di posisi teratas disebabkan oleh tiga hal pokok.

Pertama, visi-misi Arah Baru Lombok Utara dan program kerja dari Muchsin-Junaidi lebih menarik atensi masyarakat, sekaligus sejalan dengan geliat massa akar rumput yang semakin menghendaki perubahan.

Kedua, daya magnet dari figur Muchsin yang dipersepsikan mampu membangkitkan Kabupaten Lombok Utara dari ketertinggalan, bermodalkan kapasitas intelektual, jaringan sosio-kultural, serta gaya komunikasi simpatik yang melekat pada Muchsin.

Ketiga, terjadi migrasi elektoral dari paslon lain, kemudian berhijrah ke paslon Muchsin-Junaidi yang dianggap mencerminkan kebaruan, dan belum terkontaminasi dengan rezim elite lokal yang bernuansa status quo.

Kemelekatan pemilih terhadap Muchsin-Junaidi tergolong “strong voter”, pemilih yang sudah mantap pilihan politiknya. Gabungan antara basis massa tradisionalnya selama ini, konteks representasi geopolitik Lombok Utara, ditambah limpahan ceruk suara termutakhir menunjukkan Muchsin-Junaidi memiliki peluang yang sangat terbuka jelang beberapa hari pencoblosan.

“Temuan lain yang menarik, Muchsin-Junaidi yang menduduki papan atas angka elektabilitas, tampaknya bersaing ketat dengan Najmul-Kus, berkorelasi dengan perputaran isu-isu yang berkembang dalam ruang publik Lombok Utara,” katanya.

Sentimen isu dinasti politik misalnya, ikut mempengaruhi stagnasi elektabilitas Najmul-Kus, sementara persepsi positif publik mengarah kepada Muchsin-Junaidi, terlebih manajemen konstituensi dan strategi sosialisasi yang massif.

Adapun Danny-Zaki, meskipun manajemen isunya canggih, namun masih diasosiasikan sebagai lingkaran status quo. Figur Danny maupun Zaki juga menarik, akan tetapi belum dikapitalisasi dengan optimal yang berdampak secara elektoral.

Rekomendasi bagi para kandidat yang berkontestasi, partai-partai pengusung/pendukung serta massa pendukung antar paslon, agar menghindari blunder atau “gempa politik” yang berakibat terjadinya turbulensi elektoral.

Sementara bagi paslon yang masih stagnan elektabilitasnya, perlu endorsement dan dukungan serius dari tokoh-tokoh yang punya magnet elektoral, mengimplementasikan bauran isu dan program berdaya ledak masif yang sejalan dengan aspirasi rakyat Lombok Utara.