KORANNTB.com – Kasus kematian Brigadir Nurhadi di Gili Trawangan sangat tertutup kepada awak media. Bagaimana proses penyelidikan hingga penyidikan sama sekali tidak diberitahu oleh Polda NTB.

Bahkan rekonstruksi kasus yang digelar di Gili Trawangan baru-baru ini sangat tertutup sekali. Polda NTB tutup mulut dan enggan mengabarkan informasi tersebut.

Ini sangat berbeda dengan kasus Agus disabilitas, di mana jauh hari Polda NTB mengabarkan awak media waktu dan lokasi-lokasi rekonstruksi digelar.

Ahli Pidana Universitas Mataram, Joko Jumadi mengatakan seharusnya pihak kepolisian memberikan informasi kasus tersebut, sehingga masyarakat tidak merasa curiga apa yang sebenarnya terjadi.

“Sebenarnya teman-teman di kepolisian bisa memberikan informasi bagaimana perkembangan ini. Jangan tertutup. Ini seperti kucing-kucingan,” ujarnya, Kamis, 8 Mei 2025.

Joko mengatakan, jika kasus ini tertutup di media, masyarakat dapat berpikir ini merupakan kasus Sambo jilid dua. Apalagi kasus ini terjadi di bidang Propam, sama persis dengan kasus Sambo yang membunuh Brigadir Yoshua.

“Jangan sampai ada Sambop jilid dua. Ini ada kekhawatiran karena semua serba tertutup. Orang akan berpikir ini Sambo jilid dua karena sama-sama terjadi di bidang Propam,” ujarnya.

Rekonstruksi yang digelar di Gili Trawangan pada Selasa, 6 Mei 2025 kemarin, menurut informasi yang media ini dapatkan menghadirkan para saksi, termasuk dua perempuan misterius yang ikut dalam rombongan.

Tidak jelas ada berapa adegan dalam rekonstruksi tersebut. Media ini mendapat informasi rekonstruksi melibatkan hotel tempat Almarhum Nurhadi berada hingga Klinik Warna yang menjadi lokasi tempat Nurhadi dibawa.