KoranNTB.com – Gempa bermagnitudo 5,8 di Lombok, yang kemudian dimuktahirkan (update) menjadi 5,4 dan gempa susulan 5,2 masih menjadi misteri sumber gaya pembangkit gempa.

Perlu diketahui gempa Lombok pada Minggu, 17 Maret 2019 adalah gempa dengan sumber yang berbeda dari gempa 7,0 pada 2018. Sesar pembangkit gempa Lombok tahun lalu adalah Sesar Naik Flores dengan mekanisme naik (thrust fault).

Perbedaan mekanisme sumber gempa menjadi indikator bahwa gempa Lombok pada 2018 dan gempa kemarin adalah dua sumber gempa yang berbeda.

Gempa kemarin diberi nama Sesar Lokal. Berbeda dengan Sesar Naik Flores pada 2019 yang merupakan sesar regional. Hal itu karena sesar regional memiliki jalur yang lebih panjang dari utara Bali hingga utara Flores. Kendati demikian, masyarakat NTB khususnya Lombok tidak perlu panik, karena sesar lokal potensi gempanya lebih kecil dibandingkan sesar regional.

Para ahli sepakat bahwa gempa Lombok Minggu kemarin dipicu sesar aktif dengan mekanisme turun, namun mengapa Lombok bisa muncul gaya pembangkit gempa lokal dengan mekanisme turun saat ini belum ditemukan kata sepakat antara para ahli.

“Ada sebagian ahli menduga bahwa gempa dengan mekanisme turun yang terjadi berkaitan dengan dinamika magma yang memicu runtuhan kerak bumi di zona gunung api aktif,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, melalui keterangan tertulis.

Ada pula pendapat berbeda. Penyebab gempa menurut ahli lain adalah adanya aktivitas gempa yang memicu sesar turun di zona back arc (busur belakang) yang menandai terjadinya back arc spreading (perluasan) di busur belakang.

Ada pula pendapat yang mengkaitkan adanya fenomena gravity tectonic yaitu pembebanan massa gunung yang memicu terjadinya penyesaran turun (normal fault) di kaki gunung.

Fenomena gempa Lombok yang menjadi misteri ini semakin menarik dan menantang para ahli untuk memecahkannya. Misteri gaya pembangkit gempa Lombok hingga kini belum terpecahkan.

Daryono mengatakan tidak menutup kemungkinan gempa semacam ini akan terjadi lagi di bagian lain dari deret Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara). (red)