KORANNTB.com – Perang Rusia-Ukraina terus berlanjut meskipun ada beberapa kali gencatan senjata untuk proses evakuasi warga. Banyak negara telah merespon perang tersebut dengan menjatuhkan sanksi ke Rusia yang dinilai memulai perang.

Tidak hanya itu, NATO juga merespon dengan mengirim pasukan di Eropa bagian timur untuk merespon perang tersebut. Putin bereaksi dengan menuntut NATO menarik mundur pasukan.

Dunia khawatir jika suatu waktu perang tersebut berubah menjadi perang nuklir. Tampaknya kekhawatiran saat Perang Dingin terulang kembali.

Jika terjadi perang nuklir, bahaya ‘nuclear winter’ ditakuti umat manusia. Itu merupakan fenomena dampak iklim jangka pendek dan jangka panjang.

Jika nuklir telah dilepas atau terjadi perang nuklir, tidak hanya merenggut nyawa ratusan ribu bahkan jutaan jiwa, tapi juga memicu kepulan asap tebal yang menghalangi sinar matahari masuk ke bumi. Sehingga bumi seperti kembali ke zaman es.

Kepulan asap nuklir dapat bertahun-tahun bertahan di atmosfer bumi, sehingga menghalangi panas matahari. Lebih dari 25 tahun bumi akan menjadi dingin.

Itu pernah dialami umat manusia saat bencana terjadi di Nusa Tenggara Barat (NTB). Letusan Gunung Tambora di Sumbawa pada 1815 membuat kondisi bumi berubah. Letusan Tambora menyebabkan bertahun-tahun penduduk dunia dilanda kelaparan akibat gagal panen karena kondisi dingin.

Baca Juga: Sejarah Lagu “Malam Kudus” dan Bencana di NTB

Lagu Malam Kudus saat perayaan Natal merupakan gambaran kengerian dari letusan Tambora. Bencana tersebut melanda dunia, tidak hanya Indonesia. Lagu tersebut menggambarkan kesunyian malam akibat bencana kelaparan di mana-mana.

Letusan Tambora juga menjadi penyebab kekalahan Napoleon Bonaparte dalam perang Waterloo. Banyak sekali dampak global akibat letusan gunung yang berada di NTB itu. (red)