KORANNTB.com – Sebuah museum di Amsterdam Belanda menyimpan barang berharga milik masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sebuah ruangan Dutch East Indies pada museum tersebut tersimpan artefak Lombok berupa 230 kilogram emas, 7.000 perak dan permata yang tak terhitung jumlahnya. Ini bernilai ratusan miliar dan bahkan lebih dari itu.

Barang berharga tersebut merupakan jarahan perang pasukan Belanda yang menduduki Lombok dan menaklukkan kerajaan di sana pada 1894.

Tidak hanya itu, karya seni lain peninggalan Kerajaan Mataram masih tersimpan dengan apik seperti yang diwartakan BBC.

Asal Muasal

Dari mana asal muasal barang tersebut berada di Belanda? Itu bermula dari perang yang terjadi di Lombok pada 1891-1894.

Saat itu masyarakat Sasak khususnya di Praya, Lombok Tengah memberontak terhadap kebijakan raja di Mataram, Anak Agung Made Karangasem.

Dilansir dari Kompas.com, warga Praya saat itu dibebaskan dari pembayaran upeti oleh Kerajaan Mataram atas jasa membantu Dinasti Karangasem menguasai Lombok.

Namun seiring berjalannya pemerintah, pada 22 Juni 1891 Kerajaan Mataram mengeluarkan perintah agar Praya membantu kerajaan berperang dan menyiapkan pangan untuk prajurit.

Itu dinilai sebagai penindasan oleh masyarakat Praya, sehingga melakukan pemberontakan. Apalagi kerajaan saat itu berlaku sewenang-wenang dengan mengambil tanah dan ternak warga, dan bahkan menjadikan warga budak.

Saat raja memerintahkan warga Praya mengirim pasukan ke Bali untuk kembali membantu berperang, masyarakat Praya menolak. Guru Bangkol kemudian menyerukan perlawanan terhadap kesewenangan Kerajaan Mataram dan lahirlah pemberontakan.

Sebanyak 3 ribu pasukan Kerajaan Mataram dari Lombok Barat dan 6 ribu pasukan dari Lombok Timur datang mengepung Praya. Namun Praya tidak mudah dikalahkan. Perang terus berkobar sepanjang waktu. Bahkan perang berlangsung hingga tiga tahun.

Belanda Masuk

Belanda memang tertarik untuk melakukan ekspansi di Lombok. Pemberontakan tersebut menjadi momen yang baik bagi Belanda. Terlebih lagi, telah ada surat dari masyarakat Sasak meminta bantuan ke Belanda untuk melawan Kerajaan Mataram.

Pada 1892 Belanda mulai melakukan blokade persenjataan milik Kerajaan Mataram untuk menekan mereka.
Gubernur Jenderal van der Wick memberikan ultimatum agar Kerajaan Mataram menyerah. Namun ultimatum tidak dihiraukan, sehingga membuat pasukan Belanda masuk membawa ratusan perwira dan ribuan prajurit dari Batavia ke Ampenan, menggunakan tiga kapal perang.

Pada 25 Agustus 1894 pasukan kerajaan menyerang kamp milik Belanda melalui serangan gerilya. Mereka menghindari perang terbuka untuk mengantisipasi senjata modern pasukan Belanda. Serangan tersebut menewaskan 500 orang dari pihak Belanda.

Belanda yang kehilangan separuh pasukan mengatur strategi untuk menunggu bala bantuan. Pada 3 September 1894 senjata dan bala bantuan Belanda tiba di Lombok.

Merasa dendam atas serangan kerajaan, pada 18 November 1894 Belanda menyerang pusat kerajaan di Cakranegara. Sebanyak 2 ribu prajurit kerajaan tewas, sementara pihak Belanda hanya kehilangan 166 pasukan.

Puncak pertempuran terjadi pada 22 November 1894, saat pengikut setia Kerajaan Mataram melakukan puputan atau perang sampai mati. Alhasil Kerajaan Mataram runtuh.

Emas Lombok

Kekalahan Kerajaan Mataram membuat seluruh kekayaan milik mereka dijarah oleh Belanda. Ada ratusan kilogram emas, permata, ribuan perak hingga karya seni dibawa oleh Belanda.

Pasca perang, Lombok menjadi bagian dari Hindia Belanda dengan pemerintahan dijalankan dari Bali.

Meskipun telah mengalahkan Kerajaan Mataram, namun masyarakat Sasak masih menghadapi kolonialisasi Belanda hingga Indonesia merdeka. (red)

Foto: ilustrasi emas (istimewa)