KORANNTB.com – Ada tujuh jenis hoax yang beredar di media sosial. Hoax merupakan informasi yang tidak akurat atau palsu. Hoax cendrung membahayakan masyarakat.

Literasi yang kurang pada orang yang menerima information hoax, cenderung membuat orang tersebut percaya terhadap hoax tersebut.

Hoax ada yang berbahaya dan ada pula yang tidak berbahaya. Paling berbahaya adalah hoax yang dapat memecahkan persatuan bangsa atau menimbulkan permusuhan, dan hoax seputar tentang kesehatan medis.

Berikut ini adalah tujuh jenis hoax dan contohnya yang dirangkai oleh KORANNTB.com:

1. Satire (Parodi)

Hoax jenis ini tergolong tidak berbahaya dan mengecoh orang. Satire biasa dikemas dalam bentuk parodi, ironi dan sarkas. Namun meskipun hoax jenis ini tidak berbahaya, namun masih banyak masyarakat yang meyakini hoax jenis ini adalah informasi yang benar.

Contoh hoax satire misalnya, “Polisi Bakal Dibubarkan dan Diganti Hansip.” Hoax tersebut biasanya untuk menyindir atau mengkritisi polisi dalam beberapa kasus. Hoax jenis ini sebenarnya tidak berbahaya dan lebih condong ke kritik. Namun sebagian besar masyarakat masih percaya hoax jenis satire atau parodi.

2. Misleading Content (konten menyesatkan)

Merupakan jenis hoax yang memanfaatkan informasi asli, namun diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konten aslinya.

Berita KORANNTB.com pernah dipelintir menjadi hoax jenis ini. Pada berita berjudul “Penyerangan Usai Tarawih, Banyak Warga Luka Parah” pernah disebarkan dengan menambah narasi hoax oleh salah satu akun Facebook. Berita tersebut diberikan keterangan atau caption yang membuat seolah-olah terjadi penyerangan pada umat muslim saat menjalankan ibadah tarawih di Lombok. Padahal berita tersebut hanya perkelahian antar keluarga soal sengketa tanah dan bukan penyerangan di masjid.

Penyerangan Usai Tarawih di Praya Timur, Banyak Warga Luka Parah

3. Imposter Content (konten tiruan)

Konten tiruan adalah jenis hoaks yang sering memanfaatkan publik figur, orang terkenal atau lembaga. Biasanya konten ini mencatut pernyataan atau nama tokoh terkenal.

Contohnya, akun media sosial Baim Wong palsu, akun media sosial BNI palsu atau sejenisnya.

4. Fabricated content (konten palsu)

Ini jenis hoaks paling berbahaya. Konten jenis ini 100 persen tidak benar alias palsu.

Hoaks jenis ini berupa informasi lowongan pekerjaan palsu atau undian berhadiah palsu. Atau bisa juga dengan membuat narasi seolah-olah ditulis tokoh atau lembaga terkenal. Contohnya; “MUI Keluarkan Surat Edaran Tolak Rapid Test.”

5. False Connection (koneksi yang salah)

Hoaks jenis ini identik dengan judul konten, gambar dan isi konten tidak berhubungan sama sekali. Ini sering dijumpai pada thumbnail YouTube, membuat judul begitu mengecoh, namun ternyata tidak sesuai dengan isi.

Misalnya, pada sebuah video di YouTube berjudul atau memiliki thumbnail berjudul “Prabowo Resmi Jadi Wakil Presiden,” namun pada isi video tidak ada keterangan soal itu atau tidak ada informasi resmi dari lembaga atau pemerintah.

6. False context (konteks keliru)

Biasanya narasi dan konteks sebuah konten adalah keliru atau salah.

Hoax jenis ini memanfaatkan konten atau video yang pernah terjadi di suatu tempat, namun konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Contohnya video TikTok beredar dengan narasi “Pasukan Rusia dikirim bantu Indonesia melawan Australia.” Padahal video tersebut sebenarnya berisi peristiwa pasukan Rusia sedang latihan militer atau tidak berkaitan dengan bantuan militer ke Indonesia.

7. Manipulated content (konten manipulasi)

Konten yang berisi manipulasi dari konten milik media-media kredibel. Tujuannya jelas untuk mengecoh publik.

Misalnya, sebuah berita online dari media ternama kemudian diambil screenshot (tangkapan layar), lalu judulnya diedit sesuai dengan keinginan pembuat hoax. (red)