KORANNTB.com – Nusa Tenggara Barat saat ini memasuki peralihan musim hujan ke musim kemarau. Meskipun masuk dalam peralihan musim, namun hujan lebat bisa saja terjadi sewaktu-waktu.

Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB, Yuhanna Maurits dan Suci Agustiarini, meminta masyarakat mewaspadai cuaca ekstrem yang dapat terjadi.

“Masyarakat juga diimbau untuk mewaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrem yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari,” katanya, Senin, 1 Mei 2023.

Potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, angin kencang dan tanah longsor juga berpotensi terjadi saat peralihan musim, sehingga masyarakat perlu mewaspadainya.

BMKG juga menyarankan bagi petani untuk segera memanfaatkan memanfaatkan air hujan terakhir di musim ini dengan mengisi waduk atau embung untuk perairan di musim kemarau.

Dijelaskan, kondisi terkini iklim NTB saat ini curah hujan pada dasarian III April 2023 umumnya dalam kategori rendah (0 – 50 mm/das) yang terjadi hampir di seluruh wilayah NTB, kecuali wilayah Lombok Barat bagian utara, sebagian besar Lombok Tengah, dan Lombok Utara bagian barat yang mengalami hujan dengan kategori menengah (51 – 150 mm/das) hingga tinggi (151 – 200 mm/das).

“Curah hujan tertinggi tercatat terjadi di Pos Hujan Darek, Kabupaten Lombok Tengah sebesar 183 mm/dasarian,” ujarnya.

Yuhanna menjelaskan, sifat hujan pada dasarian III April 2023 di wilayah NTB bervariasi dari Bawah Normal (BN) yaitu di wilayah bagian timur Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok hingga Atas Normal (AN) dibagian barat Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa .

Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut – turut (HTH) NTB secara umum berada pada kategori pendek (6 – 10 hari) hingga masih ada hujan pada saat updating data. HTH terpanjang tercatat di pos hujan Perigi Kabupaten Lombok Timur selama 25 hari.

Sementara untuk kondisi dinamika atmosfer menunjukkan Indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) masih berada pada kondisi netral (indeks ENSO : 0.092) yang sudah berlangsung selama empat dasarian terakhir.

“BMKG memprediksi ENSO akan tetap netral setidaknya hingga pertengahan tahun 2023,” katanya.

Untuk Indeks Indian Ocean Dipole (IOD) pada dasarian terakhir menunjukkan kondisi IOD netral (+0.165).  Diperkirakan kondisi IOD akan tetap netral hingga Oktober 2023.

Aliran massa udara wilayah Indonesia umumnya masih didominasi oleh angin baratan terutama di wilayah Indonesia bagian barat dan utara. Kemudian, Angin Timuran diprakirakan mulai mendominasi wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian selatan pada Mei 2023.

Pergerakan Madden Julian Oscillation (MJO) saat ini terpantau tidak aktif di wilayah Indonesia (fase 2) yang diperkirakan akan aktif (fase 4 dan 5) pada awal hingga Mei 2023, di mana hal tersebut berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif di sebagian wilayah Indonesia.

Prediksi anomali Outgoing Longwave Radiation  (OLR) secara spasial di wilayah NTB saat ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas konvektif yang kemudian diprediksi berkurang pada awal hingga pertegahan Mei 2023.

“Rata-rata anomali Suhu Muka Laut (SST) sekitar wilayah NTB saat ini lebih dingin dibandingkan klimatologisnya (-0.1 s/d -0.5) yang diprakirakan akan menuju netral menuju hangat hingga September 2023,” katanya.

Untuk peluang curah hujan dasarian I Mei 2023 (1 – 10 Mei 2023) diprakirakan curah hujan <20 mm/dasarian akan mendominasi wilayah NTB dengan probabilitas 50 – 100% khususnya di wilayah Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah bagian Selatan, Kabupaten Sumbawa bagian Timur, Dompu, Kota Bima, dan Bima bagian Timur.

Namun masih terdapat juga peluang curah hujan dengan intensitas 50 – 100 mm/dasarian yang diperkirakan terjadi di sebagian wilayah Lombok Barat bagian utara, Lombok Tengah Bagian Utara, Sumbawa Barat, sebagian Kabupaten Sumbawa bagian barat, dan Bima bagian Utara dengan probabilitas 10 – 40%. (red)