KORANNTB.com – Pada sejumlah media Anggota DPRD NTB Najamuddin Mustafa mengklaim Pj Gubernur NTB Lalu Gita Ariadi berhasil menuntaskan persoalan angka stunting di NTB.

Najamuddin mengatakan baru menjabat tujuh bulan, Lalu Gita telah berhasil menurunkan angka stunting.

“Ini sebuah prestasi yang cukup membanggakan, dan saya memberikan apresiasi kepada Pj Gubernur NTB ini,” ujar Najamuddin.

Najam bahkan dengan bangga menyebut Lalu Gita layak memimpin NTB lima tahun. Di satu sisi, Najamuddin mengeretisi eks Gubernur NTB Zulkieflimansyah yang disebut menyisakan utang.

Lantas apakah benar klaim yang menyebut Pj Gubernur NTB Lalu Gita Ariadi berhasil menuntaskan angka stunting?

Direktur Lombok Global Institute (Logis) M. Fihiruddin mengatakan klaim yang disampaikan Najamuddin adalah menyesatkan.

Data penurunan 8,1 persen angka stunting di NTB berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan RI bersama BKPK (Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan) tahun 2023. Hasil survey tersebut menunjukkan angka stunting NTB sebesar 24,6 persen, menurun 8,1 persen dibanding data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022.

“Sementara kita tahu sendiri Pj Gubernur NTB baru dilantik September 2023 dan baru menelurkan dua program yang sampai saat ini tidak jelas hasilnya,” kata Fihir, Sabtu, 23 Maret 2024.

Publik pasti ingat pada masa Zul-Rohmi di tahun 2023, digencarkan Gotong Royong Penurunan angka stunting yang melibatkan semua tingkatan pemerintahan, dari provinsi,  kabupaten/kota sampai tingkat desa, bahkan semua instansi vertikal pun dilibatkan termasuk pihak swasta.

Di mana mana di semua kecamatan pada tahun 2023 itu dilakukan launching oleh Wakil Gubernur Sitti Rohmi Djalilah, yang kemudian seluruh perangkat daerah provinsi bersinergi dengan perangkat daerah kabupaten/kota turun ke desa-desa sesuai dengan kecamatan yang menjadi daerah binaan nya. Kerja gotong royong penurunan angka stunting ini terus dilakukan sampai akhir masa jabatan Zul-Rohmi secara besar-besaran pada bulan September 2023.

“Pak Najam pasti ndak tahu atau mungkin kurang gaul tentang Gotong Royong penurunan stunting ini sehingga mengira hasil Pj Gite,” ujarnya.

Bandingkan dengan Jumat Salam

“Gotong Royong penurunan stunting itu berakhir pada tahun 2023 dan pada tahun 2024 ini belum ada gebrakan apapun yang dilakukan oleh Pj. Gite selain Jumat Belondong dan Jumat Salam yang nyaris tidak memberikan dampak positif bagi masyarakat, karena boleh jadi tidak direncanakan dengan baik oleh Pj. Gite,” kata dia.

Fihir menegaskan telah mendapatkan informasi lapangan mengatakan Jumat Salam merupakan program yang hanya mencari masalah di desa namun belum ada solusi kongkrit.

“Karena kita dapat informasi langsung juga dari pemerintah desa dan masyarakat desa yang sudah dikunjungi dalam Jum’at Salam, bahwa perangkat daerah Provinsi yang turun ke desa desa, hanya seperti orang mendengarkan aspirasi masyarakat, hanya cari masalah tapi tidak ada tindak lanjut sama sekali, jadi seperti orang datang omon-omon saja,” ujar dia.

Dia kembali menegaskan agar tidak asal klaim soal penurunan angka stunting yang justru telah jauh hari diupayakan oleh Zul-Rohmi.

“Penurunan stunting yang progresif sesuai hasil survei SKI Kementerian Kesehatan pak Najam harus tahu kalau itu survei tahun 2023, dan jelas merupakan hasil kerja gotong Royong yang digerakkan oleh Zul-Rohmi dikomandoi Wakil Gubernur Ibu Rohmi pada masa itu,” ujarnya.

Namajuddin diminta tidak membandingkan hasil program Pj yang belum terlihat dengan program Zul-Rohmi.

“Pak Najam perlu diingatkan atau bahkan kita ajarkan lagi lah, tak elok kalau membandingkan Zul-Rohmi dengan Pj. Gite, disamping  hasil Pj. Gite juga belum terlihat,  Pj. Gite juga menjadi bagian dari pemerintahan Zul-Rohmi yang bahkan merupakan Ketua TAPD,” ujar dia.