KoranNTB.com – Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 memprediksi Pilkada NTB 2020 akan lebih mengutamakan kader terbaik yang akan diagregasi bertarung dalam konstestasi tersebut.

Parpol dengan perolehan kursi terbanyak di parlemen dalam Pileg 2019, diprediksi enggan menyerahkan calon kepala daerah di luar kadernya.

Timbulnya kesadaran politik Parpol yang mengarus utamakan kadernya  merupakan realitas politik cerdik.  Hal ini menurut Mi6 merupakan sentimen positif dalam proses regenerasi kepemimpinan dikalangan Parpol. Di mana Parpol menginginkan bahwa calon kepala daerah  yang diusungnya kelak taat dan tunduk dalam membesarkan Parpol yang mengusungnya maupun memihak kepada kepentingan rakyat.

Selain itu agenda Pilkada 2020 bagi kalangan Parpol ditafsirkan sebagai upaya memuluskan dan merintis  agenda Pilgub 2023.

“Asumsinya, dengan menguasai pemenangan pilkada kabupaten/kota ini, kerja politik parpol untuk Pilgub 2023 akan menjadi lebih mudah dalam melakukan penetrasi  di kalangan pemilih lewat kekuatan pesona dan pengaruh  politik kepala daerah yang terpilih tersebut,” tegas Direktur Mi6, Bambang Mei atau disapa Didu, Sabtu, 18 Mei 2019.

Sehingga tak heran jika saat ini telah muncul beberapa kandidat Cakada yang dikuat di Pilkada Kota Mataram, misal Mohan Roliskana Wakil Walikota Mataram yang juga Ketua Golkar Kota Mataram, Putu Selly Andayani yang konon akan diusung PDIP, kemudian PKS, PPP juga akan mengusung kadernya.

“Untuk Partai Gerindra, rumor yang beredar akan mengajukan paket kadernya yakni Ali Ustman Ahim dan Taufan Rahmadi. Namanya paketnya Ali-Topan,” ungkapnya.

Jika Paket Ali Topan jadi diusung Gerindra untuk Pilkada Kota Mataram, lanjut Didu ini  merupakan  anomali politik yang ekstra ordinary  dan diduga akan ada hidden agenda pembaharuan yang disiapkan oleh Partai Gerindra.

“Paket Ali-Topan ini secara ideologi partai tentu sudah tuntas dan dipastikan memiliki komitmen yang  kuat dalam memajukan daerah,  termasuk memberdayakan  konstituen baik yang memilih ataupun  tidak,” papar Didu.

Rivalitas Parpol vs Independen

Didu menambahkan akan terjadi rivalitas yang kuat antara calon yang diusung Parpol akan head to head melawan calon perseorangan/ independen dalam melakukan manuver dan meraih persepsi pemilih.

Selain itu calon perseorangan diduga akan banyak mewarnai Pilkada 2020. Minat untuk bertarung dari jalur independen, khususnya di Pilkada Kota Mataram akan tinggi karena persyaratan administrasi pencalonannya yakni mengumpulkan dukungan lewat KTP juga tidak terlalu besar dan dari sisi geografi ataupun  sebaran penduduk Kota Mataram relatif mudah terjangkau.

“Animo calon independen yang tampil di Pilkada Kota Mataram akan besar karena lebih efisien dan efektif ketimbang lewat Parpol yang belum tentu lolos seleksi vite and propertest di internal parpol,” paparnya.

Didu menambahkan Jalur Independen dianggap lebih hemat dari sisi cost politiknya.

Rendahnya Partisipasi Politik Warga Kota

Mi6 menduga antusiasme calon independen tampil di Pilkada Kota Mataram bukan tanpa alasan yang obyektif.

“Di Pilkada Kota Mataram 2015 silam, dari total daftar pemilih tetap sebanyak 298.396 pemilih, yang menggunakan hak pilih hanya 164.640,  sisanya 133.756 tidak memilih. Sehingga total golput mencapai 44,8 persen,” ungkapnya.

Melihat tingkat partisipasi politik di Pilkada kota Mataram 2015 yang rendah tersebut bisa jadi ini menjadi spirit ataupun harapan yg kuat di kalangan petarung baru calon kepala daerah Kota Mataram memperebutkan ceruk suara golput tersebut.

Mi6 menilai dalam Pilkada Kota Mataram baik Paslon yang diusung Parpol maupun independen akan bersaing ketat memperebutkan suara pemilih cerdas atau kalangan kelas menengah perkotaan untuk terlibat aktif dalam pemenangan salah satu Paslon Cakada tersebut.

“Kota Mataram yang penduduknya Heterogen dan cenderung egaliter, tidak bisa diklaim secara sepihak milik Paslon tertentu. Jika ingin menang, Paslon tersebut harus bekerja meraih persepsi dukungan warga kota karena pemilih cerdas Kota Mataram akan menjadi salah satu trigger dan faktor pemenangan,” tukas Didu. (red/3)