Reza Andika, Mengalir Bersama Hujan Pertama
KORANNTB.com – Reza Andika Firdaus (29), pria kelahiran Sumbawa itu menjadi korban hanyut di sungai Desa Jeruk Manis, Lombok Timur, Sabtu, 2 November 2019.
Dia bersama rekannya, Widia Lasmita (23) ditemukan penduduk dalam kondisi tidak bernyawa tidak jauh dari lokasi kejadian.
Jenazah Mita langsung dibawa di kampung halaman di Dompu. Sementara Reza, dibawa ke RS Universitas Mataram (Unram), sebelum dibawa ke Sumbawa.
Humas Kantor SAR Mataram, I Gusti Lanang Wiswanda, mengatakan kronologis bermula saat Reza, Mita dan tiga temannya tengah berada di sungai. Mereka bersama rombongan organisasi internal kampus, Kelompok Pemerhati Sosial (KPS) menggelar pendidikan di Desa Jeruk Manis.
Saat itu intensitas hujan cukup tinggi, sehingga air tiba-tiba melaju deras ke arah mereka. Tiga temannya berhasil melarikan diri.
Reza sempat bisa melarikan diri, namun bukan Reza namanya jika tidak memiliki jiwa sosial tinggi. Dia berusaha berjibaku dengan derasnya air untuk menyelamatkan Mita.
Tanggungjawab sebagai Ketua KPS FH Unram mengharuskan dirinya untuk menyelamatkan nyawa kadernya. Namun, Ilahi berkehendak lain, Reza ikut tersapu derasnya air. Reza dan Mita mengalir bersama aliran hujan pertama di tanah Lombok.
Reza dan Sosok Perlawanan
Reza sangat dikenal lintas organisasi. Mulai dari aktivitas, pegiat sosial, seniman, budayawan, musisi lokal hingga anak punk mengenal pria itu. Bahkan, dia identik dengan anak punk, sehingga banyak yang menjulukinya Reza Punk.
Reza sering beraktivitas di Taman Budaya Kota Mataram. Beberapa kali dia tampil di panggung membawakan lagu “perlawanan”. Setiap kali manggung, ciri khasnya yang heboh selalu ditampilkan.
Pria yang mengagumi pendaki Soe Hoek Gie ini gemar berdiskusi soal gerakan. Diskusi soal negara yang “sakit” akibat buruknya sistem dan birokrasi, hingga diskusi soal kematian. Dia selalu berharap mati di jalanan, ketimbang harus mati di ranjang empuk.
Uniknya, sosok Reza di gerakan terkadang menimbulkan pro kontra. Pikiran yang cendrung berbeda dengan aktivis lainnya membuat Reza terkadang memilih jalan perlawanan sendiri.
Diskusi dengannya tidak akan putus jika dihadapkan dengan kopi dan rokok. Pria pemikir dan hidup di jalanan ini menyisakan kenangan. Berat rasanya bagi teman-teman ditinggal Reza.
Reza kini telah pergi, mengalir bersama hujan pertama di tanah Jeruk Manis, menuju nirwana yang kekal. Selamat jalan Reza, sampai bertemu di kehidupan lain. (red)
Lagu dibawakan Reza…