Kami Bersaksi, Bencana Itu Begitu Dahsyat
KORANNTB.com – Minggu 5 Agustus 2018… Malam itu tak akan terlupakan di kepala saya. Saya ingat betul malam itu malam paling lelah bagi saya, karena saya bersama beberapa jurnalis baru balik mengantarkan bantuan untuk korban gempa di Lombok Utara.
Sebelum terjadinya gempa 7,0 skala richter (SR) yang mengguncang Lombok, gempa pertama kali berkekuatan 6,4 SR telah memporakporandakan Lombok Timur dan Lombok Utara. Korban jiwa berjatuhan. Bahkan, Gunung Rinjani mengalami longsor dan banyak pendaki yang terjebak.
Usai mengantarkan bantuan, saya kembali ke rumah di Dusun Nyiur Lembang Desa Jembatan Gantung Kecamatan Lembar Lombok Barat. Bersama istri dan putri yang masih berumur 1,1 tahun saya bercerita tentang kondisi pengungsian di Dusun Lading-Lading Lombok Utara.
Hingga, malam menakutkan itu pun tiba. Tercatat pukul 19.46 Wita, rumah kami bergetar hebat. Disusul suara teriakan, “gempa…………!” Istri saya telah lebih dahulu berlari menggendong anak kami ke luar rumah. Saya ingat persis istri saya dan anak saya terjatuh di depan pagar rumah.
Hingga saya mengambil anak saya yang menangis ketakutan menjauh dari sekitar bangunan. Getaran masih terasa sangat besar. Bumi betul-betul berguncang. Tampak tiang parabola di depan kami seperti digoyang oleh banyak orang. Disusul kemudian, lampu padam beberapa detik.
Suara teriakan tangis anak-anak kecil di dusun tersebut menyayat hati. Getaran itu masih dirasakan. “Deeerrrrrrrr” suara getaran bangunan rumah-rumah penduduk. Hingga satu persatu perabotan pecah. Tembok-tembok yang tak kokoh mulai ambruk.
Aksesoris di ruangan berjatuhan ke lantai. Saya cepat-cepat memeriksa Whatsapp group BMKG. Setelah sedikit lama bertanya, BMKG merilis gempa tersebut.
Catatan pertama BMKG, gempa tersebut bermagnitudo 6,8 SR dan tidak berpotensi tsunami. Dada saya sedikit lega mendengar kabar tersebut. Saya berusaha menenangkan anak saya yang masih terus menangis trauma akibat gempa tersebut. Namun, beberapa menit berselang teror yang sesungguhnya tiba. BMKG mengeluarkan update terbaru soal gempa tersebut. Gempa yang pada rilis pertama berkekuatan 6,8 SR diubah menjadi 7,0 SR. Lebih mengerikan gempa tersebut BERPOTENSI TSUNAMI!
Potensi tsunami ada pada Lombok Barat bagian utara dan Lombok Timur bagian Utara. Saya sedikit lega namun tetap panik. Saya tahu Lombok Barat bagian utara masuk pada wilayah Senggigi dan sekitarnya. Sedangkan kami hanya dekat dengan Pelabuhan Lembar. Namun update terbaru BMKG masuk melalui group Whatsapp.
Tsunami telah terpantau di tiga titik, yakni Desa Carik setinggi 13,5 sentimeter (cm), Desa Badas 10 cm dan Desa Lembar 9 cm. Baru saja sadar bahwa kami sangat dekat dengan titik tsunami terpantau, puluhan warga kampung sebelah lari sembari berteriak “Air laut naik…! Air laut naik!” Kaki saya entah mengapa begitu lemas.
Saya berusaha menarik napas sembari mengajak lari istri dan anak saya. Saya berlari menuju lapangan Nyiur Lembang yang berada sekitar 20 meter dari rumah saya. Saya takut, namun ekspresi ketakutan saya tetap saya sembunyikan untuk menjaga kekhawatiran istri dan anak. Di lapangan, entah dari mana ratusan warga sudah berkumpul.
Secara samar saya berusaha mengingat kejadian tersebut. Doa, tangisan dan ketakutan berbalut menjadi satu di malam itu. Ratusan warga berlari naik menuju bukit di Dusun Tanak Kaken Desa Jembatan Gantung. Bukit tersebut sangat tinggi sehingga tidak sedikit warga menyebutnya Gunung Tanak Kaken.
Saya tahu, motor akan sulit mencapai puncak bukit di dusun tersebut. Namun entah mengapa, motor saya yang berboncengan dengan anak dan istri dapat sampai di atas bukit. Ketakutan membuat saya berusaha keras untuk menyelamatkan diri. Saya ingat sepanjang perjalanan naik menuju bukit, banyak warga yang menangis.
Ada seorang ibu yang mencari anaknya. Seorang suami yang mencari istrinya. Semuanya terpencar dalam lautan pengungsi ketakutan. Uniknya, kami menembus batas mitos masyarakat lokal, yang konon katanya sering diganggu mahluk halus jika berjalan di malam hari menuju bukit tersebut. Takut mahluk halus? Apalah artinya ketika kalian sedang panik menghadapi bencana besar di depan mata. Saya juga ingat jari tengah pada tangan kanan saya….Baca selanjutnya