Oleh : Uswatun Hasanah, M.Pd

Papuk Kani, begitulah sapaan akrabnya. Wanita  lansia yang berumur kurang lebih 65 tahun ini merupakan salah satu warga Dusun Montong Kelek, Desa Sukaraja Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.

Suami dan anak Papuk Kani sudah lama meninggal, sehingga ia tinggal seorang diri di gubuk kecilnya. Ia sempat diajak tinggal bersama oleh anak saudaranya, tetapi ia menolak dengan alasan tidak mau merepotkan anak saudaranya tersebut dan memilih tinggal seorang diri.

Rumah kecil yang ia tempati merupakan rumah bantuan dari desa. Namun biaya pembuatan rumahnya tersebut tidak cukup dari dana yang diberikan. Sisanya ia tambah dari hasilnya menabung. Uang tabungan tersebut ia peroleh dari hasil pekerjaannya sehari-hari sebagai buruh tani. Hidup sebatang kara tidak membuatnya lemah. Ia bahkan terlihat lebih tegar menjalani kehidupan dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki keluarga utuh.

Di usianya yang harusnya ia istirahat menikmati masa tua, namun ia harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Kesehariannya papuk Kani bekerja sebagai buruh tani.

Saat musim padi, ia bersama buruh tani yang lain di upah unmtuk menanam padi, dan membersihkan rumput dengan upah sekitar 25 ribu perhari. Pekerjaan itupun tidak setiap hari dikerjakan, tetapi ia bekerja jika ada petani yang memerlukan jasanya.

Untuk menyambung hidup, Ia pun bekerja mengais sisa-sisa padi yang telah dipanen. Butir demi butir padi ia kumpulkan. Dalam sehari ia dapat mengumpulkan kurang lebih satu ember kecil butir padi. Ia bekerja dengan semangat tanpa kenal lelah. Dari hasil mengumpulkan padi dan atas pemberian orang-orang di kampungnya (dalam bentuk zakat padi) ia mampu mengumpulkan beberapa karung padi untuk bertahan hidup.

Saat panen padi telah usai, tibalah musim tembakau. Di musim ini penghasilan Papuk Kani lebih dari  biasanya, karena tiap hari ada saja petani yang menggunakan jasanya dari mulai menanam tembakau, membersihkan rumput, memberi pupuk, memetik daun tembakau bahkan sampai gelantang (mengikat) tembakau untuk di Oven. Dari sanalah Papuk Kani bertahan hidup.

Hasil yang ia peroleh pun tidak dinikmati sendiri, jika ada uang lebih ia akan memberikan kepada cucunya, cucu dari saudaranya. Karena ia sendiri tak memiliki anak. Berbagi dengan cucu-cucunya memberikannya kebahagiaan tersendiri walaupun ia sendiri kerap kekurangan. Salah satu prinsip yang ia pegang teguh adalah lebih baik memberi daripada harus meminta.