Penulis: Lalu Atha Yuda Fansyuri (Mahasiswa UIN Mataram)

KORANNTB.com – Tahun ini, musim panas telah tiba dengan ganasnya, menciptakan catatan suhu panas yang belum pernah terjadi sebelumnya di berbagai belahan dunia. Para ilmuwan iklim dan meteorologi menegaskan bahwa perubahan iklim menjadi pemicu utama dari fenomena cuaca ekstrem ini.

Sebagian besar Amerika Serikat dilanda gelombang panas yang luar biasa, dengan suhu mencapai lebih dari 110 derajat Fahrenheit (sekitar 43 derajat Celsius) di beberapa wilayah. Bahkan negara yang tidak biasanya mengalami cuaca panas seperti Kanada juga merasakan dampaknya, dengan suhu mencapai rekor tertinggi.

Di Eropa, gelombang panas yang mengguncang benua itu telah mengakibatkan cuaca yang luar biasa panas dan kering, mengancam pertanian dan pasokan air. Sementara itu, Asia Tenggara melaporkan suhu ekstrem yang mengganggu kehidupan sehari-hari penduduknya seperti yang kita rasakan di indonesia ini cuaca yang sangat panas sekali.

Para ahli lingkungan mengatakan bahwa perubahan iklim yang dipercepat adalah penyebab utama di balik cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi. Mereka memperingatkan bahwa jika tindakan cepat tidak diambil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, musim panas yang sangat panas akan menjadi norma di masa depan, membawa risiko yang serius bagi manusia dan lingkungan.

Sementara banyak negara dan komunitas sedang berjuang untuk mengatasi dampak cuaca ekstrem ini, perubahan iklim menjadi tantangan mendesak yang memerlukan kerja sama global dalam upaya mengurangi dampaknya.

Langkah kecil yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak cuaca panas dengan cara hemat energi, matikan peralatan listrik yang tidak digunakan, ganti lampu dengan yang hemat energi, dan perbarui peralatan rumah tangga dengan yang lebih efisien