Penulis : Us’an 
Alumni Pondok Pesantren Hidayatul Islamiayah Bagik Nyaka, Lombok Timur

KORANNTB.com -Dalam dunia kesehatan, wabah kerap disebut sebagai kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang. Suatu wabah yang terbatas pada lingkup kecil disebut dengan outbreak, lingkup yang lebih luas (epidemi), dan lingkup global (pendemik). Penyakit umum yang terjadi pada laju yang konstan namun cukup tinggi pada satu populasi disebut sebagai endemik.

Contoh wabah endemik  yang cukup dikenal adalah virus pes (tha’un). Virus ini menyerang manusia laksana bencana besar di suatu kawasan dan menghabisi nyawa beribu-ribu orang yang dilaluinya. Penyakit pes ini awalnya menyerang tikus, lalu dari tikus tersebut virus-virusnya menular pada manusia melalui kutu-kutunya.

Kemudian dari kutu-kutu ini, virus tersebut menjangkiti simpul-simpul lendir yang ada di ketiak, lipatan-lipatan tubuh, dan tempat-tempat tumbuhnya bulu. Pada tahapan berikutnya bagian-bagian tubuh ini akan membengkak, kemudian membusuk, hingga menjadi seperti kotoran hewan. Penyakit ini juga bisa menyerang paru-paru, sehingga jelas virus ini sangat membahayakan bagi jiwa manusia.

Pada zaman pertengahan atau pada tahun 1347 hingga 1351 di Eropa pernah terjadi virus pes yang dikenal dengan The Black Death. Sedikitnya sekitar 25 juta jiwa meninggal dunia. Penyakit ini pernah juga mewabah di negeri Syam pada tahun 18 Hijriah (639 M) yang lebih dikenal dengan Tha’un Amwas (wabah amwas).

Amwas sendiri adalah nama kota kecil antara Quds dan Ramallah (Palestina), tempat di mana wabah itu pertama kali muncul, kemudian menyebar ke seluruh negeri Syam. Al-Waqidi sebagaimana dikutip Nadiyah Thayyarah dalam bukunya, “Buku Pintar: Sains Dalam Al-Qur’an,” menuturkan, pada peristiwa wabah Amwas sebanyak 25.000 muslim di Syam meninggal dunia. Bahkan, ada yang mengatakan 30.000 orang sebagaimana disebutkan Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah.

Tidak hanya virus pes, tetapi masih banyak virus yang lainnya seperti influenza, AIDS, dan termasuk virus yang akhir-akhir ini muncul di kota Wuhan, Provinsi Hubai, China yang dikenal dengan 2019-Novel Coronavirus atau 2019-nCov.

Virus Corona adalah salah satu virus yang berbahaya, jumlah korbannya pun semakin bertambah. Sehingga, virus ini diyakini belum berakhir dalam waktu yang dekat.

Dalam pemberitaan detik.com, pada selasa 28 Januari sedikitnya ada 106 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 4 ribu kasus virus Corona sedang ditangani di berbagai wilayah China. Bahkan, sedikitnya 15 negara dikonfirmasi juga tengah menangani puluhan kasus virus Corona. Virus ini diyakini berasal dari sebuah pasar hewan di kota Wuhun, di mana hewan-hewan eksotik dan daging hewan liar diperdagangkan secara ilegal.

Mencegah Penularan Virus Melalui Karantina

Karantina adalah salah satu cara yang relevan dalam membatasi atau mencegah meluasnya penyebaran penyakit yang sudah menjadi pendemi. Jauh sebelum maraknya karantina sebagaimana dewasa ini, Nabi Muhammad Saw sudah menjelaskan secara gamblang prinsip-prinsip karantina ini. Beliau secara tegas melarang orang-orang masuk ke dalam daerah yang terjangkit pendemi.

Sebaliknya, beliau juga melarang penduduk suatu daerah untuk keluar dari daerah yang terkena pendemi, meskipun dalam keadaan sehat.

Rasulullah Saw menyebut penduduk daerah pendemi yang keluar dari daerahnya sama seperti orang yang lari menghadapi musuh ketika perang yang dikatagorikan dosa besar. Namun, Nabi Saw menjanjikan orang yang tetap bersabar (tetap tinggal) di daerah pendemik dengan pahala layaknya orang yang gugur di medan pertempuran (syahid). Hal ini sebagaimana di sebutkan dalam hadis:

“Orang yang tetap di sana mati sebagai syahid, dan yang lari dari sana sama seperti orang yang lari dari perang.”

Larangan bagi orang luar yang masuk  untuk masuk ke daerah pendemi merupakan hal yang jelas dan mudah dipahami. Tetapi, melarang orang yang tinggal di daerah pendemi untuk keluar dari daerah  sampai orang sehat sekalipun, merupakan hal yang sulit untuk dijelaskan. Namun kemajuan sains dan teknologi di bidang kedokteran membuktikan kebenaran dan ketepatan larangan Nabi Saw ini.

Muhammad Ali al-Bar sebagaimana dikutip Yusuf Al-Hajj Ahmad dalam bukunya, “Al-Qur’an Kitab Kedokteran: Rahasia Kemukjizatan Sains,” membuktikan bahwa orang yang sehat yang tinggal di daerah pendemi suatu penyakit, kemugkinan besar membawa virus di dalam tubuhnya. Memang ketika terjadi pendemi, tidak semua orang tubuhnya terjangkiti virus pendemi lantas jatuh sakit. Bahkan sebagian orang yang sudah terjangkiti virus pendemik tidak menampakkan gejala-gejala penyakit.

Virus demam berdarah, tipus, kolera, pes, hingga corona misalnya terkadang telah menjangkiti beberapa orang (yang tinggal di daerah pendemi penyakit), namun mereka tetap tidak menunjukkan gejala mengidap penyakit itu, dan tampak sehat bugar. Kendati demikian, ia tetap berpotensi menularkan virus yang menjangkitinya kepada orang-orang yang sehat. Hal ini dapat dibuktikan dengan virus Corona yang menyebar ke beberapa negara.

Awalnya virus ini dibawa seseorang yang belum memperlihatkan tanda-tanda gejala Corona, namun beberapa hari setelahnya penyakit ini mulai tampak sekaligus membuat penderitanya menularkan kepada orang lain.

Sehingga, untuk mencegah penyakit ini langkah pemerintah China perlu diapresiasi. Pasalnya pihaknya beberapa hari yang lalu mengkarantinakan massal yang menjadi korban Corona, bahkan pihaknya juga sedang membangun dua rumah sakit khusus untuk pasien yang terkena penyakit virus Corona.

Inilah hikmah pesan Rasullah Saw dalam salah satu hadisnya: “Jika kalian mendengar ada pendemi penyakit di suatu daerah, maka jangan kalian datangi daerah itu. Dan jika daerah itu terkena pendemi sedangkan kalian berada di dalamnya, maka janganlan kalian keluar dan melarikan diri darinya.”

Mengenal Masa Inkubasi Virus Dalam Tubuh

Dalam dunia medis kita mengenal dengan istilah masa inkubasi, yaitu rentang waktu sebalum munculnya gejala-gejala penyakit yang dimulai sejak virus (mikroba) masuk dan berkembang biak di dalam tubuh. Pada masa ini orang yang terjangkiti virus memang tidak menunjukkan gejala bahwa dirinya menderita sutau penyakit. Namun, lambat laun orang itu akan mulai menunjukkan gejala penyakit yang tersimpan dalam tubuhnya.

Masa ingkubasi virus Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) misalnya, penyakit ini memiliki masa inkubasi antara tiga sampai tujuh tahun. Terkadang orang yang terjangkiti virus ini tanpa menampakkan gejala apa pun. Begitupun virus TBC bisa menjangkiti seseorang dan bertahan di dalam tubuh  dalam jangka waktu bertahun-tahun. Namun tidak lama setelah masa inkubasi itu, virus ini akan mengamuk di dalam tubuh.

Sama halnya dengan virus Corona, masa inkubasinya antara 1 sampai 14 hari. Gajala-gajala yang ditampakkan mulai dari sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung ingusan, batuk, bersin, demam, hingga kelelahan. Jadi sebuah tindakan yang tepat dan cerdas jika Nabi Saw melarang orang yang berada di daerah pendemi penyakit keluar dari daerah tersebut, meskipun ia tampaknya sehat bugar dan menunjukkan gejala penyakit tersebut.

Pertanyaannya, bagaimana Nabi Saw mengetahui semua itu dan siapa pula yang memberitahuakan fakta-fakta ini, padahal beliau tidak bisa membaca dan menulis? Jelas, semua ini adalah anugarah ilmu Tuhan yang mengungguli semua ilmu dan pengetahuan. Maka, perintah Rasullah Saw mengenai karantina ini perlu diimplementasikan, karena apa pun yang diperintahkan hal itu adalah kebaikan bagi umatnya.

Penulis