KORANNTB.com – Hingga 10 hari ke depan (11-20 September) wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) berpotensi diguyur hujan. BMKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai cuaca ekstrem.

Forecaster on Duty BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Nindya Kirana, mengatakan pada dasarian I September ini, curah hujan di NTB berada pada kategori rendah. Namun  berdasarkan pantauan, curah hujan tertinggi terjadi di wilayah Pemenang Timur dengan jumlah curah hujan sebesar 42 mm/dasarian.

“Sifat hujan pada dasarian I September 2021 di wilayah NTB didominasi sifat Atas Normal (AN). Sifat hujan Bawah Normal (BN) terjadi di sebagian wilayah Pulau Lombok antara lain Lombok bagian Timur, Kota Mataram, sebagian Lombok Tengah dan Bayan,” katanya, Sabtu, 11 September 2021.

Penting diketahui, dasarian adalah rentang waktu selama 10 harian, di mana dalam satu bulan dibagi menjadi tiga dasarian, yaitu  dasarian I, antara tanggal 1 sampai dengan 10. Dasarian II, antara tanggal 11 sampai dengan 20, dan dasarian III, antara  tanggal 21 sampai dengan akhir bulan (tanggal 28, 29, 30 atau 31).

Dijelaskan, Monitoring Hari Tanpa Hujan Berturut – turut (HTH) NTB umumnya dalam kategori Sangat Pendek (1-5 hari). Secara umum kondisi di Pulau Lombok masuk dalam kategori Sangat Pendek (1-5 hari) dengan beberapa wilayah di bagian barat, timur dan utara dalam kategori Panjang (21 – 30 hari).

“Hal yang sama terjadi di wilayah Pulau Sumbawa, HTH didominasi kategori Sangat Pendek (1-5 hari) hingga Kekeringan ekstrem (>60 hari). Kondisi HTH terpanjang terpantau di Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima yaitu sepanjang 155 hari,” ujarnya.

Potensi Hujan Lebat

Nindya Kirana menjelaskan, pada dasarian II (11-20 September), terdapat potensi terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di beberapa wilayah NTB.

Peluang curah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yaitu lebih dari 50 mm, terjadi pada wilayah Sekotong, sebagian wilayah Lombok Tengah hingga Lombok Timur, Sumbawa Barat, sebagian Sumbawa, Kempo dan Woja sebesar 30 – 70%.

Masih Musim Kemarau

Meski berpotensi hujan lebat, namun NTB masih memasuki musim kemarau. Sehingga, potensi kekeringan dan kebakaran lahan patut diwaspadai.

Prakirawan I Gede Widi Hariarta, meminta masyarakat untuk mewaspadai segala dampak dari musim kemarau di NTB.

“Pada periode musim kemarau seperti saat ini masyarakat diimbau agar lebih bijak menggunakan air bersih serta waspada akan potensi terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan,” katanya.

“Namun demikian, masyarakat juga diimabu tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi terjadinya cuaca ekstrem secara tiba-tiba yang bersifat lokal,” ujarnya.

Perlu diketahui, di musim kemarau saat ini suhu udara malam hari akan terasa lebih dingin, karena jarang terdapat pertumbuhan awan yang berperan menghalau udara dingin.

“Ketika akan memasuki puncak musim kemarau, suhu udara akan lebih dingin terutama pada malam hari dan angin yang bertiup lebih kencang,” katanya. (red)

Foto: Ilustrasi