KORANNTB.com – Kisruh program irigasi tetes di Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB ramai dibincangkan.

Itu karena rangkaian protes dan aksi yang menuding program tersebut tidak berjalan dan menimbulkan kerugian daerah.

Menjawab tudingan tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB, M. Riadi, membantah. Dia secara langsung meninjau irigasi tetes di Desa Akar-Akar, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Rabu, 6 Oktober 2021.

Di sana, kondisi irigasi tetes masih berfungsi dengan baik. Memang benar tidak semua petani memanfaatkan karena pada November dan Desember nanti NTB akan memasuki musim penghujan, sehingga tidak sulit menemukan sumber air di lahan tandus tersebut.

Namun, berhektare lahan di sana telah menggunakan irigasi tetes yang dikelola oleh PT Agrindo Karya Persada. Jagung yang mulai ditanam dialiri dengan sistem irigasi tetes.

“Saya sulit menerima karena dibilang alat ini tidak berfungsi. Beda dengan alat yang berfungsi tapi tidak dimanfaatkan,” kata M. Riadi.

Dijelaskan, yang menjadi hambatan warga saat ini adalah patungan untuk membeli solar guna menghidupkan mesin irigasi tetes. Pihak Agrindo masih berupaya sosialisasi ke warga terkait manfaat irigasi tetes di lahan tandus tersebut.

Supervisor Pertanian PT Agrindo Karya Persada, Fajar, mengatakan memasuki musim hujan masih banyak masyarakat untuk menolak menjadi mitra dengan alasan penghematan.

“Lebih banyak masyarakat yang menolak menjadi mitra karena memang mendekati hujan,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahan irigasi tetes berasal dari Timur Tengah. Menggunakan emiter untuk mengatur tetesan air.

Setiap hari, lahan akan dialiri irigasi tetes selama dua jam, dengan jumlah air 1,5 liter.

“Kita siram selama dua jam setiap satu area. Itu setiap hari hingga musim panen tiba,” ujarnya.

Dia menjelaskan, dahulu lahan tersebut merupakan lahan tidak produktif, karena panas. Masyarakat juga hanya dapat panen jagung satu kali dalam setahun. Setelah program irigasi tetes, maka masyarakat dapat panen tiga kali dalam setahun

“Ini (irigasi tetes) sangat berfungsi melihat dengan pertumbuhan jagung kita,” ujarnya.

Fajar juga mengeluhkan dengan kelangkaan solar di depo. Dia meminta Distanbun dan Pertamina dapat bersinergi untuk memenuhi solar sebagai kebutuhan mesin irigasi tetes.

“Solar menjadi tantangan. Kami membutuhkan 100 liter solar dalam tiga hari,” ujarnya.

Operator Mesin PT Agrindo, Ahmad Yani, juga membantah bahwa alat irigasi tetes tidak berfungsi. Justru setiap harinya terus difungsikan untuk pengairan.

“Mesin berfungsi semua. Jadi semua mengaliri air ke masing-masing pintu air,” katanya.

Penyuluh Pertanian Desa Akar-Akar, Baharudin, mengatakan di musim kemarau irigasi tetes sangat dibutuhkan untuk meminimalkan biaya operasional.

“Alhamdulillah sangat membantu irigasi tetes ini saat musim kemarau. Sangat diperlukan untuk meminimalisir biaya operasional. Kalau ini tetap dimanfaatkan maka insyaallah petani kita berhasil,” ujarnya.

Dia mengatakan, lahan tersebut dulunya tidak digunakan untuk produksi pertanian. Itu karena kondisi kering di wilayah tersebut.

“Sebelum lahan ini menjadi tidak produktif. Jadi irigasi tetes diharapkan meningkatkan indeks penanaman dari 1 kali pertahun menjadi 3 kali,” ujarnya. (red)