Desa Sade memiliki beberapa tradisi unik yaitu budaya menenun yang cukup populer di kalangan perempuan di Desa Sade. Perempuan Sasak di sana mulai belajar menenun sejak usia tujuh hingga 10 tahun. Karenanya, menenun menjadi profesi yang digeluti perempuan Sasak ketika masa panen telah berakhir.

Salah satu produk hasil tenunan di Desa Sade adalah kain Songket, yang terbuat dari benang emas atau perak yang ditenun bersamaan dengan katun atau sutra. Untuk membuat sehelai Songket, dibutuhkan kain sepanjang dua meter dengan waktu pengerjaan berkisar dua hingga tiga minggu.

Selain itu, terdapat tradisi kawin culik yang merupakan tradisi pernikahan khas orang Sasak di Desa Sade. Pemuda Sasak yang ingin menikah akan menculik calon mempelainya saat malam hari. Setelah aksi culik-menculik, mempelai pria akan membawa calon istrinya ke rumah kerabat. Setelah itu, pembicaraan soal pernikahan akan dibahas oleh keluarga dari kedua mempelai keesokan harinya.

Terdapat perbedaan soal mahar atau mas kawin. Bagi pria Sasak yang menikahi perempuan dari desa yang sama, hanya diwajibkan menyerahkan mas kawin Rp 100.000. Sedangkan, jika si mempelai pria menikahi gadis dari desa atau daerah lain, mas kawin yang wajib diserahkan setara dua ekor kerbau.